BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Buncis merupakan salah satu jenis sayuran yang ada di
negeri ini. Dan proses penanamannya juga
tak begitu sulit maka tak jarang banyak petani yang menanam buncis saat ini,
dan keuntungannya pun tak sedikit juga yang di dapatkan, selain itu para
konsumen hampir sebagian orang merupakan penggila buncis yang di konsumsi
menjadi makanan lalapan atau sayur sop, tumis, santan dan lain-lain. Dan sangat banyak pembeli atau konsumen yang
membeli buncis. Berdasarkan hal ini kami
tertarik untuk menjadikan usahatani buncis sebagai laporan mata kuliah
Manajemen Agribisnis.
Lokasi usahatani buncis yang kami pilih terletak di
daerah Wonoharjo. Usaha ini berdiri
sejak tahun 2008 sudah lima tahun berjalan hingga saat ini. Usaha ini didirikan
oleh bapak Wiyono Raharjo yang berusia 43 tahun seorang buruh tani dan memiliki
dua orang anak dan satu orang istri dengan nomor telepon 085769410446. Lokasi lahannya pun terletak tak jauh dari
rumah bapak Wiyono dengan luas lahan 250 m2. Bapak Wiyono dibantu dengan tiga orang
pekerja dengan tugas menggarap lahan, memasang lanjaran, memupuk, dan mengiangi
atau gulutan, dengan upah perhari sampai Rp. 50.000/orang.
Bapak Wiyono mendapatkan benih dengan membeli dari kios,
alat-alat yang diperlukan sangat mudah di dapatkan di pasaran. Bapak Wiyono sudah ahli dalam bertani buncis
di daerahnya, dalam menanggulangi hama bapak Wiyono dapat melakukannya dengan
cara menyemprotkan insektisida yang berukuran 1 mili ke tanaman buncis dan
contoh hama buncis yang sering mengganggu tanaman ini seperti lalat buah, lalat
daun, dan ulat. Dari awal penanaman
tanaman buncis dapat di panen pada umur 45 hari. Dalam 1 tahun bapak Wiyono
dapat 4 kali panen per tahun. Dalam setiap panen hasil yang di peroleh bapak
Wiyono berkisar 5 ton pada luas lahan 250 m2. Setiap hasil panennya dijual di pasaran atau
tengkulak, pada setiap panen para konsumen tidak pernah telat datang ke rumah
bapak Wiyono untuk membeli hasil panen buncis yang diperoleh bapak Wiyono dari
bertani buncis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
saja alat dan bahan yang digunakan dalam bertani
buncis ?
2. Bagaimana
proses atau cara menanam buncis
?
1.3
Tujuan
Adapun
tujuan penulisan yang menjadi acuan penulis untuk membuat laporan hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui
apa saja alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Mengetahui
bagaimana proses penanaman buncis.
3. Mengetahui cara menanggulangi tanaman buncis yang terkena
hama.
1.4
Manfaat
1.
Mahasiswa mampu
mengetahui proses input, farm (produksi), sampai output tanaman buncis.
2.
Mahasiswa mampu
mempelajari stuktur dalam penanaman buncis.
3.
Mahasiswa mampu
mengetahui penanggulangan atau pencegahan hama dalam tanaman buncis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tanaman Buncis
Buncis (Phaseolus vulgaris)
merupakan sayuran yang bergizi tinggi dan cukup digemari. Tanaman buncis dapat dikelompokkan ke dalam kelompok kacang-kacangan (beans), yang
berumur pendek dan berbentuk semak atau perdu. Berdasarkan tipe pertumbuhannya, ada dua macam tanaman buncis yaitu buncis tipe tegak dan
tipe merambat. Tanaman tipe merambat banyak dikonsumsi dalam bentuk polong
buncisyang masih muda, sedangkan untuk tipe tegak umumnya yang dikonsumsi
adalah bijinya. Tanaman buncis tipe tegak biasa dikenal dengan “kacang jogo” yang berwarna merah, hitam,
kuning, cokelat tergantung dari varietasnya. Tanaman buncis bukan
tanaman asli Indonesia tetapi merupakan hasil introduksi (Rukmana, 1995).
Berdasarkan berbagai informasi tanaman buncis berasal dari benua Amerika tepatnya Amerika
Utara dan Amerika Selatan. Secara lebih spesifik diperoleh informasi,
bahwa kacang buncis tipe tegak (kacang jogo) merupakan tanaman asli di lembah Tahuacan (Meksiko). Penyebaran ke benua Eropa berlangsung sejak abad
ke-16 oleh orang-orang Spanyol dan Portugis. Daerah pusat penyebarannya mula-mula
adalah Inggris (tahun 1594), kemudian menyebar kenegara-negara lainnya di
kawasan Eropa, Afrika, sampai ke Asia. Di Amerika daerah penyebaran tanaman
buncis terdapat di New York (tahun 1836), kemudian meluas ke Wisconsin, Maryland, dan Florida. Tanaman ini mulai dibudidayakan secara komersil sejak tahun 1968 dan menempati urutan ke tujuh diantara sayuran yang dipasarkan di Amerika
pada tahun tersebut. Adapun “kapan” masuknya tanaman buncis ke Indonesia belum diperoleh informasi yang jelas, tetapi daerah
penanaman
buncis pertama kali adalah di daerah
Kotabatu (Bogor), kemudian menyebar kedaerah-daerah sentra sayuran di Pulau Jawa.
Buncis tumbuh pada
ketinggian 1000 – 1500 M dpl, jenis tanah andosol dan regosol serta Ph tanah
5,5 – 6. Tanaman buncis ini
menghendaki iklim dan musim peralihan, jadi tanaman ini dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik apabila di tanam pada akhir musim hujan atau menjelang
musim kemarau, di samping itu buncis juga menghendaki cahaya matahari yang
langsung (cukup terbuka).
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan
Tempat
Usahatani sayuran buncis dilaksanakan di daerah Wonoharjo
pada tanggal 2 April 2013 pada pukul 10.00 WIB.
3.2 Prosedur
Pelaksanaan
Sebelum melakukan survei lapang mahasiswa terlebih dahulu
membuat kuisioner. Kemudian mahasiswa
menemui narasumber atau responden untuk mewawancarai responden dengan tujuan
mendapatkan informasi mengenai proses penanaman buncis di daerah Wonoharjo.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran
Umum Wilayah
Tanaman buncis yang di amati terletak di desa Wonoharjo,
Kecamatan Sumberejo,Kabupaten Tanggamus. Dan wilayahnya cukup stategis untuk
menanam buncis karena letak nya tepat di kaki gunung Tanggamus dengan
ketinggian 1250 M dari permukaan air laut. Dan juga jenis tanahnya pun sesuai
dengan jenis tanah yan di inginkan pada tanaman buncis yaitu jenis tanah
andosol dan regosol.
4.2 Bahan dan
Alat
Bahan dan alat
yang digunakan dalam usahatani tanaman
buncis ini dapat dilihat pada tabel 1 dan
tabel 2.
Tabel.
1 Bahan Bertani Buncis
No
|
Bahan
|
Alat
|
1
|
Benih buncis
|
Cangkul
|
2
|
Pupuk Urea
|
Sprayer
|
3
|
Pupuk Bass
|
Kored
|
4
|
Pestisida/insektisida
|
Golok
|
5
|
Tali plastik
|
Keranjang
|
6
|
Air
|
Karung (50kg)
|
4.3 Proses
Penanaman Buncis
1.
Pembibitan
Buncis di perbanyak secara generatif (biji) sedangkan
kebutuhan benih nya adalah 20 Kg per ½ Ha
2.
Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan menggunakan traktor maupun alat
tradisional yaitu cangkul lalu diberi pupuk kandang 7,5 – 10 Ton per ½ Ha kemudian dibuat bedengan-bedengan dengan
lebar 100 – 120 Cm.
3. Penanaman
Benih di tanam pada lubang-lubang tanam yang di buat
dengan cara di tugal dengan jarak tanam 20 x 50 Cm, pada tiap lubang diisi
dengan 2 – 3 biji, setelah 7 hari maka benih buncis akan mulai berkecambah.
4. Pemupukan
Pemupukan di lakukan dengan pemberian pupuk dasar
yaitu pupuk kandang 7,5 – 10 Ton per ½ Ha,
kemudian pupuk buatan Urea 25 Kg per ½ Ha,TSP 100 Kg per ½ Ha dan KCL 50 kg per
½ Ha.
5. Pengajiran
Pengajiran dilakukan apabila tanaman telah mulai berkecambah dan mencapai ketinggian 15 Cm,
biasanya setiap 4 batang ajir tersebut diikat dengan tali menjadi satu sehingga terbentuk
sebuah piramida.
6. Penyiangan
Tujuan penyiangan adalah membasmi tumbuhan liar yang akan menghambat
pertumbuhan tanaman. Penyiangan dilakukan bila tanaman telah berumur 2 dan 5
minggu setelah tanam. Penyiangan yang terlampau sering akan menahan pertumbuhan
akar sehingga pertumbuhan tanaman juga akan terganggu.
7. Penyiraman
Penyiraman dilakukan terutama pada stadium muda karena pada masa itu
tanaman buncis sangat memerlukan air, untuk selanjutnya penyiraman cukup dilakukan
2 hari sekali.
8. Pengendalian OPT
Hama pengganggu tanaman yang biasanya menyerang tanaman buncis adalah hama Agrotis Ipsilon Huff,
Tarsonemus Sp, Agromyza Phaseoli dan Prodenia Sp.
Cara pengendaliannya dengan menggunakan
Tamaron 200 LC, Dipretex 25 SP, Bayrusil 250 EC dan Takuthion 500
EC.
4.4 Proses
Panen Buncis
Panen dilakukan setelah tanaman berumur 60 hari. Dan polong memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:
Ø
Warna polong
agak muda dan suram.
Ø
Permukaan kulitnya agak
kasar.
Ø
Biji dalam polong belum
menonjol.
Ø
Bila polong dipatahkan
akan menimbulkan bunyi letup
Cara panen yang
dilakukan biasanya dengan cara dipetik dengan tangan.Penggunaan alat seperti
pisau atau benda tajam yang lain sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan
luka pada polongnya. Periode panen pelaksanaan panennya
dapat dilakukan secara bertahap, yaitu setiap 2-3 hari sekali. Pemetikan
dihentikan pada saat tanaman berumur lebih dari 80 hari, atau kira - kira sejumlah 7 kali
panen.
4.5 Proses Pemasaran Buncis
Pemasaran,
perdagangan dan standarisasi seperti halnya pada
komoditas sayuran lainnya, kegiatan pemasaran buncis bertujuan untuk
memindahkan produk dari tangan produsen ke tangan konsumen. Pada umumnya
kegiatan produksi berlangsung di daerah pedesaan, sementara daerah konsumen terletak
di perkotaan. Hal ini mengakibatkan kontribusi dari lembaga-lembaga
pemasaran cukup besar. Hampir seluruh sektor pemasaran buncis ditangani oleh pihak
swasta dan intervensi pemerintah relatif minimal, khusus terbatas pada penyediaan
infrastruktur. Oleh karena itu, pasar buncis seringkali dianggap beroperasi
berdasarkan kekuatan penawaran dan permintaan. Pasar
dapat diartikan sebagai tempat terjadinya transaksi antara penjual dan pembeli. Pengertian pasar di sini tidak selalu pasar tersebut
berwujud bangunan fisik, tetapi cukup
dicirikan dengan adanya kontak antara penjual dan pembeli. Jenis pasar buncis mengikuti pasar sayuran pada umumnya yang ada dapat
dibedakan menjadi:
a) pasar pengumpul,
b) pasar
grosir/pasar besar,
c) pasar eceran, dan
d) ada juga yang langsung membeli
ke petani
Umumnya transaksi antara pedagang pengumpul dan petani dilakukan di kebun.
Pasar besar/grosir biasanya terletak
di berbagai daerah konsumsi di kota-kota besar, para pembeli di pasar grosir tersebut sebagian besar terdiri dari para pedagang
pengecer. Pasar pengecer banyak terdapat di daerah konsumsi baik di kota
besar maupun kota kecil. Dalam perkembangannya,
pasar-pasar pengecer di kota-kota besar dapat dibedakan menjadi pasar eceran tradisional dan pasar eceran moderen
(super market).
4.6 Analisis Kelayakan Usaha
Analisis usaha terdiri dari menghitung biaya (cost)
usaha, penerimaan (revenue) usaha,
pendapatan (income) usaha, Menghitung kelayakan usaha. Biaya usaha adalah seluruh
pengeluaran dana (korbanan ekonomis) yang diperhitungkan untuk keperluan usaha. Biaya usaha terdiri dari biaya
tetap (Fixed Cost : FC) yaitu biaya yang dikeluarkan tehadap
penggunaan faktor produksi yang tetap dimana besar kecilnya biaya ini tidak
dipengaruhi oleh besar kecilnya output yang dihasilkan. Biaya tidak tetap (Variabel cost : VC) yaitu
merupakan biaya yang dikeluarkan sebagai balas jasa atas pemakaian variabel
faktor, yang besar kecilnya dipengaruhi langsung oleh besar kecilnya
output. Biaya Total (Total cost : TC) yaitu merupakan jumlah
keseluruhan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap.
Rincian
biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi buncis dapat dilihat pada tabel 2.
No
|
Jenis Bahan
|
Jumlah Bahan
|
Harga
|
Nilai
|
1
|
Benih buncis
|
6 kg
|
Rp. 75.000
|
Rp. 450.000
|
2
|
Pupuk Urea
|
100 kg
|
Rp. 1.900
|
Rp. 190.000
|
3
|
Pupuk Bass
|
50 kg
|
Rp. 7.600
|
Rp. 380.000
|
4
|
Pestisida/insektisida
|
1 liter
|
Rp. 50.000
|
Rp. 50.000
|
5
|
Tali plastik
|
2 rol
|
Rp. 40.000
|
RP. 80.000
|
6
|
Air
|
3 batang
|
Rp. 15.000
|
Rp. 45.000
|
Total
= Rp. 1.195.000
Tabel.3 Alat yang di gunakan
dalam Bertani Buncis
No
|
Jenis Alat
|
Usia pakai
|
Jumlah
|
Harga (Rp)
|
Nilai (Rp)
|
1
|
Cangkul
|
3 th
|
3
|
Rp. 75.000
|
Rp. 225.000
|
2
|
Sprayer
|
5 th
|
2
|
Rp. 250.000
|
Rp. 500.000
|
3
|
Kored
|
2 th
|
3
|
Rp. 15.000
|
Rp. 45.000
|
4
|
Golok
|
3 th
|
2
|
Rp. 25.000
|
Rp. 50.000
|
5
|
Keranjang
|
2 th
|
5
|
Rp. 30.000
|
Rp. 150.000
|
6
|
Karung
(50kg)
|
1 th
|
100
|
Rp. 7.500
|
Rp. 750.000
|
Total
= Rp. 1.720.000
Tabel.4 Tenaga Kerja
No
|
Jenis Kegiatan
|
Jumlah (HOK)
|
Nilai (Rp)
|
Upah (Rp)
|
1
|
Persiapan Lahan 3
Tk (14 jam)
|
0,7
|
Rp. 21.000
|
Rp. 63.000
|
2
|
Pasang Ajir 2 Tk
(2 jam)
|
0,14
|
Rp. 4.200
|
Rp. 84.000
|
3
|
Pemupukan 3 Tk (2
jam)
|
0,14
|
Rp. 4.200
|
Rp. 12.600
|
4
|
Ngiang dan
Gulutan 3 Tk (6jam)
|
0,3
|
Rp. 9.000
|
Rp. 27.000
|
5
|
Panen 3 Tk (14
jam)
|
0,7
|
Rp. 21.000
|
Rp. 63.000
|
Total
= Rp. 249.600
Tabel.5 Penyusutan
No.
|
Jenis Alat
|
Jumlah
|
Usia pakai
|
Nb
|
Ns
|
Dp/periode
|
Dp/periode
|
1
|
Cangkul
|
3
|
3 th
|
Rp. 75.000
|
0
|
Rp. 25.000
|
Rp. 6.250
|
2
|
Sprayer
|
2
|
5 th
|
Rp. 250.000
|
Rp 50.000
|
Rp. 40.000
|
Rp. 10.000
|
3
|
Kored
|
3
|
2 th
|
Rp. 15.000
|
0
|
Rp. 7.500
|
Rp. 1.875
|
4
|
Golok
|
2
|
3 th
|
Rp. 25.000
|
0
|
Rp. 8.333
|
Rp. 2.083
|
5
|
Keranjang
|
5
|
2 th
|
Rp. 30.000
|
0
|
Rp. 15.000
|
Rp. 3.750
|
6
|
Karung (50kg)
|
100
|
1 th
|
Rp. 7.500
|
0
|
Rp. 7.500
|
Rp. 1.875
|
Total
= Rp. 25. 833
TC = TFC + TVC
= TFC +
(Saprodi + Tenaga Kerja)
= Rp. 25.833
+ (Rp. 1.195.000 + Rp. 249.600)
= Rp. 25.833
+ Rp. 1.444.600
= Rp.
1.470.433,-/periode
TR = P x Q
= Rp.
3.500/kg x Rp. 5.000 kg
= Rp.
17.500.000,-
= TR – TC
= Rp. 17.500.000
– Rp. 1.470.433
= Rp.
16.055.400,-/periode
=
= 11,90/periode
Artinya setiap 1 rupiah yang
dikeluarkan dalam mengahasilkan output sebesar 11,90/periode
=
= 10,91/periode
Artinya ratio sebesar 10,91
artinya setiap satu rupiah yang di investasikan akan memberikan keuntungan
sebesar 10,91/periode
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada tanaman
buncis sangat perlu di perhatikan pemeliharaannya agar dapat di peroleh hasil
yang memuaskan dan menguntungkan seperti halnya yang telah kita ketahui.
B.
Saran
Dalam usaha
buncis ini sudah layak jadi akan lebih baik jika lebih diperhaikan pola
penanaman nya. Dan juga pada pemasaran buncis lebih menekankan pada harga yang
ekonomis bagi masyarakat. Penggunaan teknologi pun harus diperhatikan.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
komunikasi langsung dengan petani